Jumat, 20 Januari 2012

HARAPAN YANG BARU DI HARI YANG BARAU


             KATA PENGANTAR                       


Puji dan syukur selalu dan patut penulis hanturkan dan curahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karna berkat cinta dan kasih sayang dari-NYAlah penulis diberikan kesempatan bernafas dan terus eksis menjalankan segala aktifitas penulis dalam rangka memuliakan namanya.

Ucapat terima yang sedalam-dalamnya patut penulis sampaikan kepada Dosen mata kuliah yang telah dengan senang hati memberikan tugas kepada penulis sehingga penulis dapat menimba ilmu lebih banyak dam lebih dalam lagi di fakultas peternakan yang nantinya akan bermanfaat bagi kehidupan penulis sebagai mahasiswa peternakan maupun calon peternak dimasa mendatang.

Orang tua yang tak pernah letih memeras keringat dan meniup-niupkan doa mereka bersama angin kesejukan dan angin cinta pada penulis.Terima kasih.

Teman-teman yang senantiasa menemani penulis  dalam memeknai kehidupan sebagai seorang manusia yang utuh,membantu penulis saat hati penulis rapuh,menopang menulis saat kaki kaki penulis tak bersahabat,memberi warna yang begitu indah pada kertas kehidupan penulis.Terima kasih teman-teman

Dan pada akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini yang tidak sempat penulis cantumkan dalam tulisan ini.Terima kasih untuk kalian semua,tanpa bantuan dan keberadaan kalian penulis bukanlah apa-apa.



Penulis





BAB I PENDAHULUAN
A.Latar belakang

Karbohidrat merupakan salah satu bagian zat nutrisi penting dalam bahan makanan yang sangat dibutuhkan ternak babi. Karbohidrat merupakan sumber enegi yang dianggap paling murah karena proses pembentukan energi dari karbohidrat paling efisien. Sebelum mengalami proses metabolisme, karbohidrat terlebih dahulu melalui proses pencernaan mekanis dan enzimatis dalam saluran pencernaan, yakni sejak di mulut kemudian berlanjut di daerah esophageal, namun berhenti di daerah lambung bagian tengah (fundus), dan kembali berlangung ketika bolus makanan tiba di daerah philorus dan paling intensif berlangsung di usus halus. Karbohidrat yang tercerna kemudian tererap dalam bentuk glukosa kedalam aliran darah, selanjutnya mengalami proses metabolisme melalui berbagai jalur hingga menghasilkan energi dalam bentuk ATP yang akan disimpan sebagai energi cadangan. Bagian karbohidrat yang tidak tercerna secara enzimatis akan terus ke usus besar (kolon/sekum) untuk mengalami proses pencernaan secara fermentatif oleh bantuan mikroba

B.tujuan
Adapun tujuan dari penulisan adalah:
1.Agar mahasiswa mengetahui  mengenai karbohidrat dan metabolisme
2.Agar mahasiswa mengetahui enzim-enzim apa saja yang berperan dalam metabolisme karbohidrat pada sistem pencernaan ternak babi


BAB II PEMBAHASAN
  Karbohidrat merupakan salah satu bagian zat nutrisi penting dalam bahan makanan yang sangat dibutuhkan ternak
Karbohidrat adalah zat organik utama yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan biasanya mewakili 50 sampai 75 persen dari jumlah bahan kering dalam bahan makanan ternak. Karbohidrat sebagian besar terdapat pada pakan seperti jagung,sorgum,putak dan lain-lain.

Karbohidrat adalah zat organik utama yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan biasanya mewakili 50 sampai 75 persen dari jumlah bahan kering dalam bahan makanan ternak. Karbohidrat sebagian besar terdapat pada pakan seperti jagung,sorgum,putak dan lain-lain.

1.JENIS KARBOHIDRAT
Pada umumnya karbohidrat dapa
dikelompokkan menjadi
Monosakarida
oligosakarida,
 serta polisakarida.

.

Gambar alat pencernaan pada ternak babi yang merupakan bagian dari proses    metabolisme karbohidrat


  2. Metabolisme Karbohidrat

Karbohidrat akan siap mengalami proses metabolism setelah berada dalam bentuk monosakarida, yakni glukosa sebagai bentuk paling sederhana setelah diserap dalam darah. Proses metabolisme karbohidrat dalam tubuh ternak non ruminansia pada prinsipnya sama seperti pada ternak lain, baik jenis/jalur maupun hasil dan penyerapan hasil/metaolitnya. Hasil akhir proses metabolisme monosakarida adalah energi dalam bentuk ATP (Adenosin Tri pospat). Secara umum metabolism karhbohidrat berlangsung dalam 6 jenis/jalur, yakni: glikolisis, oksidasi piruvat, siklus asam sitrat, glikogenesis, glikogenolisis serta glukoneogenesis.

            Jalur-jalur metabolisme karbohidrat secara singkat dapat digambarkan sebagai berikut:
1.   Glukosa mengalami glikolisis (pemecahan/pelonggaran ikatan ) menjadi 2 piruvat jika cukup tersedia oksigen. Energi yang dihasilkan pada tahap ini adalah energi berupa ATP.
2.   Kemudian setiap piruvat tersebut dioksidasi menjadi asetil KoA. Energi yang dihasilkan pada tahap ini berupa ATP.
3.   Asetil KoA akan masuk ke jalur persimpangan yaitu siklus asam sitrat. Energi yang dihasilkan pada tahap ini berupa ATP.
4.   Jika sumber glukosa berlebihan dan melebihi kebutuhan energi tubuh maka glukosa tidak dipecah, melainkan akan dirangkai menjadi polimer glukosa yang disebut glikogen. Glikogen ini disimpan di hati dan otot sebagai cadangan energi jangka pendek. Jika kapasitas penyimpanan glikogen sudah penuh, maka karbohidrat harus dikonversi menjadi jaringan lemak sebagai cadangan energi jangka panjang.
5.   Jika terjadi kekurangan glukosa dari ransum/makanan sebagai sumber energi, maka glikogen dipecah menjadi glukosa. Selanjutnya glukosa mengalami glikolisis, diikuti dengan oksidasi piruvat sampai dengan siklus asam sitrat.
6.   Jika glukosa dalam makanan tak tersedia dan cadangan glikogenpun juga habis, maka sumber energi non karbohidrat yaitu lemak dan protein harus digunakan. Proses pengubahan sumber energi non karbohidrat tersebut diebut glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru). Dikatakan demikian karena lemak dan protein harus diubah menjadi glukosa baru yang selanjutnya mengalami katabolisme untuk memperoleh energi.
Rangkaian jalur metabolism karbohidrat dalam tubuh seperti ditunjukkan ilustrasi 1:



Ilustrasi 1. Rangkaian jalur metabolisme karbohidrat ( modefikasi dari Murray dkk. Biokimia Harper; 2003)

Sementara Siklus asam sitrat sebagai jalur bersama metabolisme karbohidrat, lipid dan protein dimana terjadinya glukoneogensis ditunjukkan pada ilustrasi 2


3.Enzim-enzim pecerna Karbohidrat dan fungsinya
Yang tergolong sebagai enzim pencerna karbohidrat atau dikenal sebagai ‘amilase’ atau karbohidratase merupakan jenis enzim yang diskresikan dalam bentuk aktif sehingga berbeda dengan protease. Yang tergolong dalam enzim amilase adalah :
1.  Ptyalin/a-amilase.- Dimulut disekresikan oleh kelenjar saliva, sedangkan diusus halus disekresikan oleh kelenjar pancreas. Enzim ini berperan dalam mencerna pati (starch) dan glikogen dimulut dan usus halus serta dextrin diusus halus menjadi glukosa, maltosa dan maltotriosa. Produk pencernaan enzim ini dimulut tidak signifikan bagi ternak, tapi produk pencernaan yang berlangsung sejak didaerah lambung (cardiac dan philorus) dan usus halus sangat signifikan. Kelenjar saliva ternak kuda tidak/sangat sedikit menghasilkan enzim ptyalin, sedangkan sekresi dari kelenjar saliva ternak babi meningkat dengan bertambahnya umur.
2.  Amylase.- Terdapat dalam cairan usus halus disekresikan oleh kelenjar usus halus. Enzim ini disebut juga b-amilase dengan fungsi dan daya kerja serta hasil yang lebih besar dari pada enzim a-amilase yang diskresikan kelenjar saliva. Enzim ini melakukan pencernaan terhadap pati dan dextrin dengan menghasilkan produk maltosa. Karena dihasilkan dalam usus halus, enzim ini bukan saja dijumpai pada ternak babi, tetapi juga pada ternak kuda.
3.  Isomaltase (oligo-1,6-glukosidase / dextrinase).- Disrkesikan kelenjar pankreas dan kelenjar dalam usus halus pada ternak babi dewasa, pada waktu lahir belum diproduksikan . Enzim ini bekerja pada karbohidrat tingkat tinggi, dextrin dengan produk glukosa, maltosa dan maltotriosa. Pada ternak kuda belum diperoleh data, tetapi diduga juga diskresikan karena pakan kuda mengandung dektrin yang lebih tinggi dari pada pakan babi.
4.  Maltase.-  Disekresikan oleh 2 jenis kelenjar, yakni kelenjar diusus halus dan kelenjar pankreas. Maltase terdidi dari 3 jenis, yakni Maltase I (sukrase), Matase II dan maltase III. Maltase I hanya diskresikan pada saat dewasa (babi dan kuda), sedangkan maltase II dan III telah diproduksikan ternak (babi) sejak lahir dan meningkat dengan bertambahnya umur. Ini sangat berhubungan dengan jenis karbohidrat yang menjadi sasaran kerja enzim dan makanan yang dimakan. Enzim maltase I (sukrase) bekerja pada jenis gula sukrosa, sedangkan ternak babi yang baru lahir belum mengkonsumsi makanan yang mengandung sukrosa. Hasil pencernaan oleh maltase adalah glukosa.
5.  Sukrase.- Disekresikan dalam 2 bentuk sebagai invertase dan maltase I, oleh kelenjar dalam usus halus dan pankreas. Pada saat ternak lahir enzim ini belum diproduksikan, tetapi meningkat dengan bertambahnya umur. Enzim sukrase bekerja pada jenis gula sukrosa untuk menghasilkan fruktosa dan glukosa.
6.  Laktase.- Disekresikan kelenjar usus halus sejak dilahirkan pada ternak babi dan mungkin juga pada ternak kuda dan semua jenis ternak menyusui karena berfungsi mencerna laktosa dalam air susu. Sekresi enzim ini semakin berkurang dengan bertambahnya umur ternak.
7.  Trehalase.- Baru ditemukan pada ternak babi dewasa (pada ternak kuda belum ada data), dimana aktivitasnya meningkat dengan bertambahnya umur ternak sampai dengan umur 200 hari (6 – 7 buan). Enzim ini menghidrolisis trehalosa (gula utama pada insekta) didaerah doudenum dan jejenum (dibagian 2/3 proksimal usus halus).
4.Proses pencernaan karbohidrat

. Proses Pecernaan Karbohidrat Dalam Mulut Ternak Babi


Pencernaan di mulut
  •   Pencernaan enzimatis karbohidrat pada ternak babi telah berlangsung sejak makanan dimulut.
  •   Pencernaan dibagian ini terjadi dengan adanya enzim ptyalin/a-amilase dalam saliva dan bantuan gigi yang secara mekanik menghancurkan partikel makanan menjadi lebih kecil
  • Enzim ptyalin/a-amilase dimulut hanya mampu mencerna karbohidrat mudah tercerna menghasilkan glukosa.
  • Setelah makanan dikunyah oleh gigi dan bercampur dengan saliva membentuk bolus-bolus makanan, enzim ptyalin disekresikan kelenjar saliva bersama saliva, melakukan pencernaan terhadap karbohidrat dengan menghidrolisis pati, glikogen menjadi glukosa, maltosa dan maltotriosa.
  •   Kontribusi hasil pencernaan karbohidrat didaerah ini tidak begitu berarti atau hanya sedikit bagi ternak sebagai akibat dari kurang otimumnya aktivitas enzim ptyalin.
  •   Hal ini disebabkan oleh 2 faktor : a). Singkatnya waktu keberadaan makanan dalam mulut sehingga tidak cukup waktu bagi enzim untuk beraktivitas: dan b). Tingginya pH saliva (6,4 – 6,9) yang tidak sesuai bagi aktivitas optimum enzim ptyalain yakni 5,5 – 6,5.
  •    Hasil pencernaan karbohidrat tersebut terus berlalu bersama dengan bolus makanakelambung.              
                                                           
Pencernaan dalam Lambung
  • Setiba didaerah esofagus (esofageal) karbohidrat dalam bolus makanan masih mengalami pencernaan. Pencernaan enzimatis karbohidrat oleh enzim amilase didaerah esofagus dan berlanjut kedaerah cardiac masih berlangsung karena pH didaerah ini masih mungkin bagi aktivitas enzim ptyalin/a-amilase (mencapai pH 6.0).
  • Setelah bolus makanan berada didaerah esofagus dan cardiac, enzim ptyalin melanjutkan aktivitasnya menghidrolisis pati dan glikogen dengan hasil pencernaan yang lebih signifikan.
  • Glukosa hasil pencernaan karbohidrat didaerah ini sebagian dapat dicerna, sedangkan maltosa dan maltotriosa bersama-sama dengan karbohidrat lainnya dalam bolus makanan berlalu kebagian tengah lambung (fundus).
  • Tetapi aktivitas ptyalin terhenti setelah makanan berada dibagian fundus karena pH rendah (dapat mencapai 0,85), sehingga proses pencernaan karbohidrat terhenti total didaerah ini.
  • Pencernaan karbohidrat oleh enzim ptyalin kemudian berlangsung lagi didaerah philorus karena didaerah ini mempunyai pH 6,0 – 7.0.
  • Kondisi pH daerah pilorus menjadi tinggi karena adanya proses alkalisasi oleh garam-garam empedu yang disekresikan kelenjar empedu kedaerah pilorus, dan juga adanya pengaruh suasana dari bagian usus halus.
  • Pencernaan enzimatis karbohidrat yang terjadi didaerah ini selain perombakan terhadap maltosa dan maltotriosa menjadi glukosa, juga hidrolisis terhadap pati dan sedikit hemiselulosa.
  • Pencernaan enzimatis karbohidrat didaerah pilorus tidak berlangsung lama (tapi lebih lama dari pada di mulut) karena bolus makanan akan berlalu ke usus halus
  • Kontribusi hasil pencernaan karbohidrat didaerah lambung (cardiac dan philorus) bagi ternak babi lebih signifikan dibanding dengan hasil pencernaan dimulut.
  • Pencernaan karbohidrat dalam lambung (cardiac dan philorus) akan semakin tinggi bila jenis karbohirat dalam ransum ternak babi berasal dari jenis mudah tercerna
  • Jenis enzim amilase lain yang turut terlibat dalam pencernaan karbohidrat didaerah cardiac dan philorus ternak babi adalah laktase, tetapi peranan enzim ini semakin berkurang dengan bertambahnya umur.
  • Proses pencernaan enzimatis karbohidrat dilambung ternak kuda masih dipertanyakan sampai saat ini.
  • Hal ini karena belum adanya data tentang enzim yang disekresikan dan juga singkatnya waktu keberadaan makanan didaerah ini, serta tingginya jenis karbohidrat tingkat tinggi dalam pakan kuda karena lebih banyak berasal dari hijauan.
Pencernaan dalam usus halus
  • Setiba diusus halus pencernaan karbohidrat diawali dengan sekresi enzim amylase kedalam usus halus dari kelenjar usus halus dan pankreas serta aktifnya kembali ptyalin dari saliva yang datang bersama bolus makanan.
  • Selanjutnya enzim-enzim tersebut terlibat dalam proses pencernaan karbohidrat sesuai dengan target masing-masing.
  • Pencernaan karbohidrat secara enzimatis paling intensif, baik pada ternak babi maupun pada ternak kuda berlangsung didaerah usus halus.
  • Hal ini karena didaerah ini seluruh enzim amilase diproduksi dan terlibat secara maksimal dengan peranan yang paling maksimum juga dalam pencernaan karbohidrat sesuai dengan wilayah kerjanya masing-masing.
  • Jumlah maksimum enzim amilase dimungkinkan karena adanya sejumlah enzim amilase yang turut disekresikan oleh kelenjar pankreas kedalam usus halus selain enzim yang disekresikan kelenjar usus halus sendiri.
  • Keterlibatan dan daya kerja enzim menjadi maksimal dimungkinkan karena kesesuaian kondisi dalam usus halus (pH 6 – 7) bagi aktivitas enzim didukung dengan lamanya keberadaan makanan didaerah ini.
  • Kesesuaian kondisi dan lamanya keberadaan makanan diusus halus tersebut memungkinkan enzim bekerja lebih intensif dan maksimal, sehingga hasil yang diperoleh maksimal pula.
  •  Pencernaan enzimatis karbohidrat diusus halus terutama terhadap jenis mono dan disakarida; sedangkan jenis polisakarida hanya sebagian kecil, dan terhadap oligosascarida jenis selulosa sangat kecil serta terhadap lignin tidak terjadi sama sekali.
  • Hasil pencernaan enzimatis karbohidrat diusus halus adalah fruktosa, galaktosa dan glukosa yang pada akhirnya dirubah menjadi glukosa sebagai produk paling akhir untuk diserap kedalam peredarasn darah.
Pencernaan dalam usus besar (Kolon dan secum)
  • Proses pencernaan karbohidrat di usus besar berlangsung secara fermentatif yakni proses pencernaan yang terjadi karena adanya peristiwa fermentasi karbohidrat oleh mikroorganisme.
  •  Pada ternak babi berlangsung lebih intensif dibagian kolon, sedangkan pada ternak kuda didaerah secum.
  • Perbedaan luas/volume dan jumlah mikroorganisme di daerah pencernaan fermentatif karbohidrat pada kedua jenis ternak menyebabkan perbedaan kontribusi hasil pencernaan karbohidrat didaerah ini bagi ternak berbeda pula.
  •  Kontribusi hasil pencernaan karbohidrat disecum bagi ternak kuda lebih besar dari pada hasil dari kolon ternak babi.
  • Walaupun berbeda dalam kontribusi hasil, namun yang memungkin berlangsungnya proses tersebut adalah sama yakni karena adanya bantuan mikroba dengan proses yang sama pula.
  •  Jenis karbohidrat yang mengalami pencernaan fermentatif adalah karbohidrat tingkat tinggi yang tidak dapat dicerna secara sempurna/tidak sama sekali oleh enzim amilase, terdiri dari polisakarida, yakni hemiselulosa, selulosa dan lignin.
  • Jenis karbohidrat tersebut akan berlalu dari usus halus dan kemudian mengalami fermentasi oleh mikroba diusus besar.
v   Karena proses fermentasi/pencernaan fermentatif karbohidrat berlangsung didaerah saluran pencernaan bagian belakang, ternak babi dan kuda digolongkan sebagai: ‘hind gut fermentation animals’.
v  Secara sederhana pencernaan karbohidrat di usus besar dapat diuraiakan sebagai berikut : setibanya jenis karbohidrat didalam usus besar sejumlah mikroba beraksi dengan mensekresikan enzim pencerna karbohidrat seperti sukrase untuk menc merna karbohidrat tersebut. Kondisi anaerob dalam dalam usus besar memungkinkan proses fermentatif dapat berlangsung oleh kerja mikroba. Hasil fermentasi karbohidrat oleh mikroba adalah berupa energi (dalam bentuk ATP) dan beberapa jenis vitamin antara lain vitamin B.




FUNGSI KARBOHIDRAT

      Fungsi utama karbohidrat dalam ransum ternak babi adalah untuk memenuhi kebutuhan energi dan panas bagi semua proses-proses tubuh
      Pembakar lemak
      Menambah cita rasa
      Memelihara kesehatan dan fungsi normal alat pencernaan
      Terutama untuk keperluan energy yang bias mempertahankan pengaturan panas tubuh aktivitas tubuh dan mempertahankan tubuh yang normal
      Kelebihab lemak ini disimpan di dalam hati dalam bentuk glycogen atau diubah menjadi lemak yang disimpan di dalam tubuh, di bawah kulit.


KELEBIHAN DAN DEFISIENSI KARBOHIDRAT
      KELEBIHAN 
Bila ternak babi dalam ransumnya memperoleh karbohidrat terlalu banyak maka kelebihan tersebut oleh tubuh akan dirubah ke dalam lemak yang akan disimpan sebagai sumber energi potensial
KEKURANGAN
Ternak babi akan menjadi kurus
Pergerakan lambat
Metabolisme didalam tubuh akan terhambat

Bahan makanan sebagai sumber karbohidrat
1) Jagung
Jagung adalah bahan makanan babi yang sangat bagus, karena banyak mengandung karbohidrat. Tetapi bahan makanan ini harus digiling halus, sebab bila tidak akan kurang bermanfaat. Baik jagung kuning maupun putih keduanya bisa dipergunakan walaupun yang putih kadar vitamin A lebih rendah.
2) Katul
Kualitas katul bermacam-macam. Keadaan kualitas ini tergantung pada jumlah brambut yang terdapat di dalam katul itu sendiri. Katul yang persentase btambutnya tinggi berarti berkualitas rendah. Dan katul banyak mengandung fat, sehingga pada musim panas atau lembab, katul mudah tengik. Katul yang rusak atau tengik akan mengganggu alat pencernaan dan menyebabkan vitamin-vitamin yang terdapat di dalamnya hancur.
Babi yang banyak mendapatkan makanan katul, bacon menjadi lunak. Oleh karena itu pemberian katul ini hendaknya dibatasi dalam jumlah sedang dan dalam keadaan baru (fresh), tak banyak brambut.
3) Mellase
Mellase bisa diberikan pada babi dalam campuran makanan sebanyak 5%. Mellase ini bisa mengikat makanan, sehingga makanan tak terhambur. Mellase juga meningkatkan nafsu makan. Kepada babi-babi fattening bisa diberikan dalam jumlah sampai 20%. Sedangakan kepada babi kecil tidak lebih dari 5%.
      c. Bahan makanan hijauan
1) Hijauan segar
Hijauan merupakan salah satu bahan makanan yang sangat penting bagi pemeliharaan babi-babi kecil dan babi-babi bibit. Tetapi yang perlu dipikirkan ialah bahwa babi kecil tidak mampu mencerna serat kasar, maka kepada babi-babi kecil tersebut tidak bisa diberikan bahan makanan hijauan yang serat kasarnya terlampau tinggi.
Hijauan makanan yang biasa diberikan daun ketela rambat, rumput muda yang dipotong-potong dan berbagai jenis leguminose.
2) Tepung daun lamtoro
Tepung daun lamtoro sering ditambahkan pada makanan, terutama babi induk bibit dan anak-anak babi. Sebab bahan tersebut kandungan mineral dan vitaminnya tinggi. Akan tetapi karena bahan ini mengandung toxic (racun) maka jumlah jumlah yang bisa diberikan atau ditambahkan kepada ransum tidak boleh melebihi 5% dari seluruh campuran makanan. Pemakaian yang berlebihan atau terlampau banyak berarti akan menambah toxic yang lebih besar pula. Hal ini bisa berakibat pada babi, bulunya rontok, dan babi bunting bisa menyebabkan keguguran.



Daftar Pustaka

McDonald, P., R.A. Edwards and J.F.D Greenhalgh., 1994. Animal Nutrition 4th. Ed. Longman Scientific and Technical. Longman Group UK. Limited (p. 158-184)
Parakasi. A.,1986. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik. UI Press.
Whittemore, C. 1993. The Science and Practise of Pig Production. Longman Group UK Limited (p. 298-300)




















































































































































Tidak ada komentar:

Posting Komentar