Jumat, 20 Januari 2012

penyusunan ransum pada ternak babi

Penyusunan Ransum Pada Ternak Babi

PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pakan atau makanan untuk ternak merupakan salah satu faktor penting dalam usaha ternak babi. Sebab 60% dari keseluruhan biaya dihabiskan untuk keperluan babi-babi induk (bibit), dan 80% untuk keperluan babi fattening. Oleh karena itu suatu hal yang perlu diperhatikan di sini ialah bahwa walaupun babi itu secara alamiah tergolong hewan yang makannya sangat rakus, dan suka makan apapun, namun mereka perlu diberi makanan dengan perhitungan yang betul. Sebab, di samping ternak babi itu banyak makan dan rakus, konversi terhadap makanan pun sangat bagus, sehingga apabila pemeliharaannya baik,laju pertumbuhannyapun akan baik pula.Tetapi perlu diingat bahwa babi termasuk hewan yang memiliki alat pencernaan sederhana, yang tak mampu mencerna bahan makanan yang kadar serat kasarnya tinggi. Maka babi harus diberikan makanan yang serat kasarnya rendah, dan kandungan energinya yang cukup tinggi. Dalam menyusun ransum kita harus mengetahui : 1. Susunan zat-zat di dalam makanan.
2.Bahan makanan yang biasa diberikan kepada babi.3.kebutuhan gizi oleh ternak dan teknik pemberian makanan dan jumlah yang diberikan.

Ransum adalah makanan yang disediakan bagi ternak untuk 24 jam (Anggorodi, 1994).  Suatu ransum seimbang menyediakan semua zat makanan yang dibutuhkan untuk memberi makan ternak selama 24 jam.Babi adalah  ternak  monogastric dan bersifat prolific (banyak anak    tiap kelahiran),  pertumbuhannya  cepat  dan  dalam umur enam bulan sudah dapat dipasarkan. Selain itu ternak babi efisien dalam mengkonversi berbagai sisa pertanian dan restoran menjadi daging oleh sebab itu memerlukan pakan yang mempunyai protein, energi, mineral dan vitamin   yang tinggi. Konsumsi ransum sangat dipengaruhi oleh berat badan dan umur ternak.  Hafez dan Dyer (1969) menyatakan bahwa konsumsi ransum akan semakin meningkat dengan meningkatnya berat badan ternak.  Jumlah ransum yang dikonsumsi juga akan bertambah dengan bertambahnya umur ternak.Temperatur juga dapat  mempengaruhi jumlah konsumsi ransum harian.  Pada temperatur yang tinggi ternak akan mengurangi konsumsi ransum (Devendra dan Fuller,1979).  Tingginya kandungan serat kasar dalam ransum akan  mempengaruhi daya cerna dan konsumsi ransum sekaligus mempengaruhi efisiensi penggunaan makanan (Tillman et al., 1984).

TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 2a .  Konsumsi Ransum dan Air Minum Babi Menurut Umur / Periode
UmurFase Produksi
Macam Ransum
Konsumsi(kg/hari/ekor)
Air minum
(l/ekor/hari)
1-4 mg
4-8 mg
8-12 mg
12-16 mg
16-20 mg
20 – di jual
Induk / Bibit
Dara (6 bln)
Jantan (6 bln)
Induk Kering
Bunting
Induk Laktasi
Jantan aktif
Susu Pengganti
Pre Starter
Starter
Grower
Grower
Finisher
Grower
Grower
Bibit
Bibit
Bibit
Bibit
0.02-0.05
0.5-0.75
1.00-1.25
1.5-2.00
2.25-2.75
2.75-3.5
1.5-2.00
1.5-2.00
2.50-3.50
2.00-2.50
3.00-4.50
2.00-2.50
0.25-0.5
0.75-2.0
2.0-3.5
3.5-4.0
4.0-5.0
5.0-7.0
6.0-8.0
6.0-8.0
7.0-9.0
7.0-9.0
15.0-20.0
7.0-9.0
Efisiensi Penggunaan Makanan
Efisiensi penggunaan makanan merupakan pertambahan berat badan yang dihasilkan setiap satuan ransum yang dikonsumsi.  Efisiensi penggunaan makanan tergantung pada (1) kebutuhan ternak akan energi dan protein untuk pertumbuhan, hidup pokok atau fungsi lain, (2) kemampuan ternak mencerna makanan, (3) jumlah makanan yang hilang melalui proses metabolisme dan (4) tipe makanan yang dikonsumsi (Campbell dan Lasley, 1985).Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menyusun ransum babi adalah  ketersediaannya dilapangan dalam arti mudah untuk memperolehnya, Kandungan zat-zat makanan mencukupi bagi kebutuhan ternak babi, ekonomis dan efisien dalam mencerna bahan-bahan makanan yang diberikan. Kebutuhan zat makanan babi lepas sapih tergantung pada umur dan bobot badan seperti Tabel 1b (NRC.1998) .
Kandungan protein (asam-asam amino) ransum yang optimal pada ransum babi harus pula memperhatikan kandungan energinya, hal ini disebabkan karena sejumlah energi tertentu dibutuhkan per tiap gram protein dengan demikian protein dapat digunakan efisien untuk pertumbuhan, kebutuhan lisin ternak babi yang sedang tumbuh dengan berat badan 35 – 60 kg adalah 0,61% (Sihombing, 1997).
Tabel 2b. Kebutuhan zat-zat makanan babi fase grower – finisher. (NRC 1988)
Zat-zat makanan
Satuan
20-30 kg
Bobot badan
35-60 kg
Bobot badan
60-100 kg
Bobot badan
Energi dpt dicerna
Protein kasar
Asam Amino Esl :
Arginin
Fenilalanin
Histidin
Isoleusin
Leusin
Lisin
Metionin
Treonin
Triptophan
Valin
Mineral
Besi
Fosfor
Yodium
Kalium
Kalsium
Khlorin
Magnesium
Mangan
Natrium
Selenium
Tembaga
Zink
Vitamin
Vitamin A
Vitamin D
Vitamin E
Vitamin K
Kkal/kg
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
mg
%
%
%
%
%
%
mg
%
mg
mg
mg
IU
IU
IU
Mg
3.380
16
0.2
0.7
0.18
0.5
0.6
0.7
0.45
0.45
0.12
0.50
60.00
0.5
0.14
0.23
0.6
0.13
0.04
2.0
0.1
0.15
4.0
60.0
1.300
200
11
2
3.390
14.0
0.18
0.61
0.16
0.44
0.52
0.61
0.40
0.39
0.11
0.44
50
0.45
0.14
0.20
0.55
0.13
0.04
2.00
0.1
0.15
3.0
60
1.300
150
11.0
2.0
3.395
13.0
0.16
0.57
0.15
0.41
0.48
0.57
0.30
0.37
0.10
0.41
40
0.4
0.14
0.17
0.5
0.13
0.04
2.0
0.10
0.10
3.0
50.0
1.300
125
11.0
2.0

1. Susunan zat-zat makanan
Semua bahan makanan yang diperlukan oleh babi terutama terdiri dari enam unsur pokok : karbohidrat, serat kasar, lemak, protein, vitamin-vitamin, mineral dan air.
a.   Karbohidrat dan serat kasar
Karbohidrat terdiri dari unsur-unsur carbon, hydrogen dan oxygen. Unsur unsur tadi merupakan suatu kesatuan, tetapi masing-masing berbeda-beda besarnya.
Fungsi karbihidrat :Terutama untuk keperluan energy yang bias mempertahankan pengaturan panas tubuh , aktivitas tubuh dan mempertahankan tubuh yang normal serta Kelebihan lemak ini disimpan di dalam hati dalam bentuk glycogen atau diubah menjadi lemak yang disimpan di dalam tubuh, di bawah kulit.
Serat kasar merupakan karbohidrat yang kompleks, yang terdiri dari cellulose dan lognin. Bagi hewan ruminansia (memamah biak) serat kasar ini bisa dihancurkan menjadi gula sederhana oleh kerja bakteri di dalam alat pencernaan. Akan tetapi bagi hewan non-ruminansia yang memiliki alat pencernaan yang sederhana seperti halnya babi, maka jumlah serat kasar yang biasa dicernakan hanyalah sedikit sekali. Bagi babi, serat kasar yang terdapat di dalam makanan ini hanya diperlukan untuk :
·         Menstimulir sekresi enzym-enzym.
·         Dan menstimulir gerak peristaltic pada alat pencernaan.
Serat kasar yang terlampau banyak akan mengganggu pencernaan atau merupakan daya cerna, karena enzym-enzym tadi tak bias menembus jaringan serat kasar. Itulah sebabnya, maka kepada ternak babi harus diberikan makanan yang kadar serat kasarnya rendah, lebih-lebih babi muda. Apabila mereka diberikan makanan yang serat kasarnya tinggi, pertumbuhannya akan lambat. Sebab babi dewasa saja hanya mampu menggunakan serat kasar yang jumlahnya kurang lebih 60%.

     b. Lemak
Lemak juga terdiri dari unsure-unsur H,C, dan O. Baik lemak maupun hidrat arang kedua-duanya berfungsi:• Untuk menimbulkan energy (tenaga), sehingga babi dapat bergerak, berjalan, mencerna makanan.• Sebagai pelarut vitamin-vitamin A, D, E, K.
Kekurangan Lemak :• Kulit bersisik .• Bulu sekitar bahu dan leher rontok.Apabila babi-babi kekurangan lemak di dalam makanan akan timbul akibat atau gejala: Untuk mengatasi kekurangan zat lemak ini, bisa ditambahkan zat lemak 10% pada rasumnya.
    c. Protein
Protein terdiri dari unsure-unsur C,H,O, nitrogen dan sulphur, unsure-unsur ini bergabung membentuk asam amino dan amiden. Protein itu sendiri sangat kompleks, yakni terdiri dari 20-25 unsur atau unit yang disebut asam amino. Akan tetapi tidaklah semua unsure asam animo dalam protein ini diperlukan untuk pertumbuhan secara maksimal. Ada 10 macam asam amino yang sangat vital, yakni yang disebut asam amino esensial.
Asam amino esensial tersebut ialah : lysine, methionine, tryptophane, histidine, arginine, valine, leucine, isoleucine, phenylaneline dan threonine. Dan di antara kesepuluh asam amino tersebut yang terpenting ialah : lysine, tryptophane dan methionine. Protein yang memiliki keseimbangan asam amino yang tepat dikatakan nilai biologinya tinggi.
Fungsi Protein ialah :
• Membentuk sel-sel atau jaringan tubuh, misalnya pada pertumbuhan anak-anak babi dan babi muda.•Menggantikan sel-sel rusak,misalnya pada babi-babi yang sudah tua.  Rerproduksi,misalnya memproduksi air susu . Kekurangan Protein dapat berakibat :
•Pertumbuhan lambat.•Nafsu makan kurang, akibat berat badan menurun.• Penggunaan makanan lain kurang efisien.Bahan makanan yang pada umumnya diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein pada ternak babi ialah tepung ikan dan bungkil kedelai.
  d. Mineral
Babi secara alamiah memerlukan unsur-unsur mineral yang diperoleh dari bahan makanan yang berasal dari hijauan dan akar-akar dari dalam tanah. Di dalam kodisi semacam itu babi tidak akan kekurangan mineral, akan tetapi babi-babi yang dipelihara di dalam kandang terus menerus perlu pemeliharaan yang cermat dan hati-hati. Unsur-unsur mineral yang diperlukan ternak babi bias digolongkan menjadi 2 yaitu : unsur mayor (mayor elements) dan unsur minor (trace elements) .1).Unsur Mayor (Major elements) Adalah unsur-ursur mineral yang diperlukan dalam jumlah yang relative besar. Termasuk unsur mayor ialah : calcium, magnesium, phosphor, sodium, potassium, chlorine, besi dan sulphur.
     a). Calsium (ca)
Calcium diperlukan oleh semua hewan untuk pembentukan tulang dan jaringan-jaringan lainnya, dan juga untuk pembentukan darah serta produksi air susu. Oleh karena itu Ca sangat penting buat induk babi bunting yang dan menyusui, dan anak-anak babi.
Kekurang Ca akan berakibat :
•Kehilangan nafsu makan, dan pertumbuhan terlambat. • Mengganggu perkembangan biakan.• Produksi air susu pada masa laktasi rendah. • Anak di dalam kandungan lemah atau mati.
     b). Phosphor (P)
Phospor berguna untuk pembentukan tulang, sel-sel tubuh, memproduksi sel jantan dan betina, metabolism karbohidrat dan lemak. Kekurangan unsure P sangat erat hubungannya dengan Ca dalam pembentukan tulang, pembentukan sel-sel tubuh, dan sel jantan/betina dalam alat reproduksi. Sehingga apabila kekurangan unsure P di dalam makanan, akan berakibat seperti pada kekurangan Ca. dari seluruh unsure mineral, unsure Ca dan P yang paling besar, dengan perbandingan Ca : P = 2 : 1. Biasanya makanan ynag banyak mengandung protein banyak pula mengandung phosphor. Biji-bijian cukup mengandung phosphor, maka babi yang banyak mendapatkan makanan biji-bijian tidak akan kekurangan atau menderita unsure P.
     c). Sodium, potassium dan chlorine
Ada 3 macam unsur mineral, yang diperoleh sebagai garam dalam cairan tubuh, keringat dan saliva (air ludah).Chlorine diperlukan untuk membuat asam hydro-chloric yang terdapat di dalam alat pencernaan. Bahan makanan yang berasal dari hewan seperti tepung ikan hanya kaya akan unsure sodium dan chlorine. Sedangkan bahan makanan hijauan biasanya kaya akan potassium. Babi yang mendapatkan garam terlampau banyak dapat menimbulkan keracunan. Tetapi hal ini tak mungkin terjadi, jika rasum yang diberikan itu dalam imbangan yang sesuai dengna persediaan air minum yang cukup dan bersih.
     d). Besi (Fe)
Zat besi merupakan unsure yang sangat penting di dalam darah, yakni untuk membentuk haemoglobine yang berguna untuk mengangkut O2 (Oxygen) ke seluruh tubuh.
Definisenzi zat besi (Fe) menyebabkan anemi, yang biasa diderita oleh babi-babi kecil yang berada di dalam kandang terus-menerus. Akan tetapi babi yang hidupnya di atas tanah terus-menerus tidak akan kekurangan zat besi.
2). Unsur Minor (Trace Mineral)
Unsur ini diperlukan dalam jumlah yang kecil. Termasuk unsure minar ialah : tenaga, yodium, manga dan zinc (seng).
     a). Tembaga (Copper)
Zat tembaga berhubungan erat dengan zat besi dalam pembentukan darah. Pada babi, unsur tersebut juga penting bagi pertumbuhan dan konversi makanan. Kekurangan unsur ini akan menyebabkan babi mudah scours (mencret)
     b). Mangan (Mg)
Zat ini diperlukan untuk pembentukan tulang dan reproduksi yang normal. Kekurangan usur ini menyebabkan babi menjadi lumpuh. Katul banyak terdapat unsur Mg. karena pada umumnya babi-babi di Indonesia banyak mendapatkan makanan dari katul, maka kemungkinan defisiensi unsur Mg jarang terjadi.
     c). Yodium
Yodium diperlukan untuk kelenjar tyroid, yang menghasilkan suatu bahan yang disebut thyroxine. Thyroxine diperlukan untuk mengatur fungsi tubuh yang normal. Kekurangna unsur ini berakibat kesuburan menurun dan anak yang dikandung bias mati atau bulu rontok.
     d). Seng (Zinc)
Kekurangan unsur ini akan menyebabkan penyakit yang disebut “Parakeratosis”. Adapun gejala dari penyakit ini adalah pertumbuhan lambat, Efisiensi terhadap makanan rendah, nafsu makan berkurang, kulit luka atau rusak, warna kulit merah, terutama di atas perut, kemudian diikuti keadaan kulit pecah-pecah atau seperti sisik. Hal ini biasanya terjadi pada babi-babi muda. Bisa dilakukan pencegahan dengan memberikan 150-200 gram Zinc Carbonat/ton makanan kepada ternak.
     e). Vitamin-vitamin
Vitamin merupakan zat makanan yang diperlukan tubuh untuk mengatur atau mengolah zat-zat makanan lainnya hingga bias dipergunakan oleh tubuh. Adapun vitamin-vitamin yang penting adalah :
-Vitamin A diperlukan untuk babi segala umur. Kekurangan vitamin A secara umum dapat berakibat abortus, rheumatic, anak babi lemah, penyakit mata, scours (mencret), mudah kena infeksi, pada babi muda menyebabkan kematian pertumbuhan menjadi kerdil, pada babi dewasa dapat mempengaruhi kesuburan dan kemampauan dalam menghasilkan air susu. Vitamin A bias diperoleh pada minyak ikan (levertraan), tanaman-tanaman yang berwarna hijau, wortel, jagung kuning. Vitamin ini bias ditambahkan pada rasum dalam bentuk premix.

• Vitamin B1(Thimine) Kekurangan vitamin B2 pada babi menyebabkan nafsu makan berkurang, gangguan pencernaan, bulu kasar, menimbulkan kematian yang tiba-tiba. Vitamin B1 terdapat banyak pada jagung, kacang-kacangan, air susu .• Vitamin B2 (Riboflavine) Vitamin ini penting untuk pertumbuhan dan berat badan. Pada babi bunting yang kekurangan vitamin B2 dapat mengakibatkan abortus. •Vitamin B6 (Pyridoxine) Vitamin ini berguna untuk mengolah asam amino. Kekurangan vitamin ini pada babi dapat berakibat nafsu makan berkurang, pertumbuhan dan berat badan menurun, urat-urat menjadi kaku dan kekurangan darah.Vitamin ini banyak terdapat pada biji-bijian dan air susu. •Vitamin B12 Vitamin ini penting untuk pertumbuhan dan pembuatan darah. Kekurangan vitamin B12 dapat berakibat babi menderita anemia, babi yang dilahirkan berat badan berkurang, lemah, banyak kematian, anak babi kecil. Vitamin B12 banyak terdapat pada bahan makanan yang berasal dari hewan, yaitu tepung ikan, maupun kotoran lembu atau ayam.
-Vitamin C Kekurangan vitamin C dapat menimbulkan darah keluar di bawah kulit, dan persendian, gigi menjadi longgar. Umumnya defisiensi terhadap vitamin C jarang terjadi asal babi banyak diberi  hijauan.-VitaminD, Vitamin D berguna untuk mengatur imbangan kerja Ca dan P, di dalam pembentukan tulang, terlebih-lebih pada babi bunting atau babi-babi muda. -Vitamin E Vitamin E dikenal sebagai vitamin anti steril. Babi membutuhkan vitamin E untuk kesuburan yang normal, baik jantan maupun betina. Vitamin ini banyak terdapat pada kecambah, biji-bijian sebangsa padi, dan leguminosa (bagian yang berwarna hijau).
      f). Air
Fungsi air dalam tubuh ternak babi sangat penting, yakni untuk mengatur temperatur (panas) tubuh, melumatkan makanan dalam proses pencernaan, membawa zat-zat makanan ke seluruh tubuh, mengeluarkan bahan-bahan yang tak berguna. Apabila ternak kekurangan air, kesehatan akan terganggu. Misalnya darah yang mengandung serum terlalu sedikit, maka panas badan menjadi tinggi, sehingga protein menjadi binasa dan ternak babi menjadi kurus.  
HASIL PRAKTIKUM
Praktikum
Tgl 25-11-2011
Demonstrasi penusunan ransum
Pakan komplit :  70 %
Ikan cincang : 10 %
Jagung : 14 %
Dedak : 5 %
Premix : 1 %
Untuk menyusun ransum sebanyak 5 Kg  dari bahan diatas persentase diatas dikali 5 dibagi dengan 100....
contoh;ikan cintang 10/100x 5

PEMBAHSAN

Ransum babi Periode Starter :
Anak babi yang telah lepas sapih biasanya disapih pada umur 8 minggu dan mencapai bobot rata-rata 20 kg disebut babi priode starter (Sihombing, 1997). Selanjutnya dikatakan anak babi dengan bobot 20 kg sudah ada harapan sekitar 98% dapat hidup sampai mencapai bobot potong (90-100 kg) maksudnya bahwa babi priode starter telah melewati masa-masa kritis dimana sebelum masa ini , babi lebih mudah terserang penyakit dan kematian sangat tinggi yaitu 30 %. Babi priode starter merupakan awal dari proses penggemukan seperti dikatakan oleh Cunha,(1977), bahwa ternak pada priode starter mulai makan lebih banyak karena pada priode ini ternak babi sedang mengalami pertumbuhan yang terus meningkat(pertumbuhan eksponential).
Ransum yang seimbang ialah ransum yang mengandung zat nutrisi yang berkualitas untuk kesehatan, pertumbuhan dan produksi ternak. Ternak akan mencapai tingkat penampilan produksi tertinggi sesuai dengan potensi genetik bila memperoleh zat-zat makanan yang dibutuhkannya. Zat makanan itu akan diperoleh ternak dengan jalan mengkonsumsi sejumlah makanan.Tingkat konsumsi ransum adalah jumlah makanan yang dimakan oleh ternak bila bahan makanan tersebut diberikan adbilitum. Faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum dapat dibagi menjadi 2 yaitu : yang berpengaruh secara langsung seperti besar dan berat badan, umur, kondisi ternak serta cekaman yang diakibatkan oleh lingkungan seperti temperatur lingkungan, kelembaban udara, dan sinar matahari , sedangkan berpengaruh secara tidak langsung ialah keadaan air ransum, adanya makanan pembatas konsumsi dan kecernaan.
Frekuensi pemberian pakan memberi pengaruh terhadap jumlah pakan yang dikonsumsi. Pada umumnya pakan per hari akan meningkat dengan meningkatnya dengan frekuensi pemberian pakan. Menurut Supnet (1980), bahwa babi dengan bobot 10-90 kg diberi pakan 2 kali sehari akan mengkonsumsi pakan rata-rata/hari/ekor sebesar 1,54 kg. Pada pemberian 3 kali sehari konsumsi pakan sebesar 1,92 kg dan yang diberi secara adbilitum konsumsi pakan sebesar 2,61 kg/ekor/hari. Tillman et al. (1984), mengatakan bahwa ada hubungan yang dekat antara daya cerna dan kecepatan kecernaan dan ini berkaitan erat antara daya cerna ransum dan konsumsi ransum. Semakin tinggi daya cerna ransum maka konsumsi pun akan semakin tinggi.
Suhu lingkungan juga turut mempengaruhi tingkat konsumsi ransum, semakin tinggi suhu lingkungan konsumsi makanan akan semakin rendah. Meningkatnya temperatur lingkungan akan menurunkan konsumsi ransum yang diikuti temperatur rectal dan kecepatan respirasi ternak babi meningkat. Oleh karena itu temperatur udara yang tinggi dalam kandang menyebabkan ternak mengurangi konsumsi pakannya agar produksi panas dalam tubuh menurun . Temperatur lingkungan optimal untuk ternak babi dengan bobot badan 20-50 kg adalah 18-22°c.
Konversi ransum dapat digunakan sebagai peubah untuk seleksi terhadap ternak yang mempunyai kecepatan pertambahan bobot badan yang baik.Nilai konversi dari seekor ternak erat kaitannya dengan tujuan seleksi guna mendapatkan ternak yang ekonomis. Nilai konversi ransum dipengaruhi oleh pertumbuhan babi itu sendiri .Campbell dan Lesley (1977), melaporkan konversi ransum tergantung kepada; 1. kemampuan ternak untuk mencerna zat makanan, 2. kebutuhan ternak akan energi dan protein untuk pertumbuhan, hidup pokok dan fungsi tubuh lainnya, 3. jumlah makanan yang hilang melalui proses metabolisme dan kerja yang tidak produktif, serta 4. tipe makanan yang dikonsumsi. Faktor lain yang mempengaruhinya adalah keturunan, umur, berat badan, tingkat konsumsi makanan, pertambahan bobot badan, palatabilitas, dan hormon.
Ransum Babi Periode Grower
Babi periode grower yaitu babi yang memiliki bobot rata-rata 35 kg hingga mencapai bobot badan 60 kg. Periode grower merupakan periode yang harus diperhatikan akan kebutuhan zat makanannya, dan ransum yang bermutu tinggi adalah salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi performans babi grower. Ransum yang terdiri dari pakan yang bermutu tinggi dan disusun memenuhi kebutuhan zat-zat makanan babi dan dicampur baik adalah syarat untuk memperoleh performans yang optimal.
Pada waktu babi masih muda, pertumbuhannya terutama terdiri dari  protein dan air akan tetapi setelah babi tersebut mempunyai berat badan sekitar 40 kg, energi yang disimpan berupa protein telah konstan dan mulailah energi tersebut dipakai untuk pembentukan jaringan lemak yang semakin meningkat dengan bertambahnya umur.
Menurut Tillman, dkk. (1984) pertumbuhan mempunyai tahap-tahap yang cepat dan lambat. Tahap cepat terjadi pada saat lahir sampai pubertas, dan tahap lambat terjadi pada saat-saat kedewasaan tubuh tercapai. Tahap-tahap pertumbuhan ini membentuk gambaran sigmoid pada grafik pertumbuhan yang ditentukan oleh tingkat konsumsi bila tingkat konsumsi tinggi, pertumbuhan juga cepat, sedangkan pengurangan makanan akan memperlambat kecepatan pertumbuhan.
Ransum Induk Untuk Reproduksi yang Tinggi
Pemberian pakan pada induk agar supaya prolifik bukan hanya terlihat baik, tetapi bagaimana untuk mempertahankan kondisi tubuh induk tersebut, kebutuhan izat makanan pada babi bibit, berdasarkan fase produksi tertera pada Tabel di bawah ini  .
Tabel 4a. Kebutuhan zat-zat makanan perkilogram ransum babi bibit (NRC 1988)
Zat-zat makanan
Satuan
Dara Bunting, Induk Bunting dan jantan Yunior/Senior
Induk Laktasi
Energi dpt dicerna
Energi Metabolisme
Protein kasar
Asam Amino Esensial :
Arginin
Fenilalanin
Histidin
Isoleusin
Leusin
Lisin
Metionin
Treonin
Triptophan
Valin
Mineral
Besi
Fosfor
Yodium
Kalium
Kalsium
Khlorin
Magnesium
Mangan
Natrium
Selenium
Tembaga
Zink
Vitamin
Vitamin A
Vitamin D
Vitamin E
Vitamin K
Kkal/kg
Kkal/kg
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
mg
%
%
%
%
%
%
mg
%
mg
mg
mg
IU
IU
IU
Mg
3.400
3200
12
00
0.15
0.37
0.42
0.43
0.23
0.52
0.34
0.09
0.46
80
0.6
0.14
0.20
0.75
0.25
0.04
10
0.15
0.15
5
50
4000
200
10
2
3.395
3195
13.0
0.40
0.25
0.39
0.70
0.58
0.36
0.85
0.43
0.12
0.55
80
0.5
0.14
0.20
0.75
0.25
0.04
10
0.20
0.15
5
50
2000
200
10
2
1. Pakan Induk Sebelum Kawin
  1. a. Induk Dara
Nutrisi pada babi dara sebelum kawin pertama harus mencapai tujuan :
  1. memaksimumkan tingkat ovulasi pertama/ litter size.
    1. memperbaiki kondisi babi tubuh dara (otot dan lemak) untuk cadangan masa yang akan yang akan akibat  dari fariasi jumlah pakan yang diberikan .
Jumlah ovulasi sel telur yang normal pada babi dara pertama kali biasanya hanya  13-14 sel telur, jumlah ini akan menghasilkan  litter size yang baik.  Biasanya babi dara pada  birahi pertama jarang langsung dikawinkan. Usaha  untuk meningkatkan ovulasi induk pengganti : a. Mengawinkan induk pengganti pada birahi 2-3, b. mulai mencatat dan mengawasi siklus birahinya induk pengganti c. Memberikan pakan yang berlebih.
Babi pengganti (gilt) jumlah ovulasi bertambah sangat lambat, (satu sel telur/ bulan)   contohnya babi pengganti pada ovulasi pertama  hanya sembilan buah,   14-15 sel telur merupakan  jumlah ovulasi yang maksimum diharapkan.  Sebuah pendekatan alternatif yang sederhana adalah dengan menunggu pada tingkat ovulasi yang puncak/maksimum pada birahi ketiga.  Seperti ditunjukkan pada
tabel 4b.
Tabel 4b. Umur seksual dan tingkat ovulasi / litter size pada babi dara.
Sumber
oestrus ke
1                   2                 3
Huges dan Varley (1980)
Mac. Pherson et. al (1973)
10,6               11,8               10,9
7,9                 9,7               11,0
b. Induk Dewasa /Sow
Pada induk pengganti/gilt  periode penyapihan ke estrus dan kawin biasanya sangat singkat (kurang dari seminggu), ini berakibat pada manipulasi reproduksi induk babi dengan  pakan sangat pendek. Akan tetapi jika jumlah ovulasi sel telur sangat rendah (kira-kira 14 sel telur) dapat juga dilakukan flushing. Kenyataanya jumlah ovulasi periode akhir penyapihan ke estrus sangat bervariasi (15 – 25) pada induk babi dewasa/sow.  Untuk meningkatkan jumlah ovulasi perlu perencanaan pakan yang baik saat penyapihan ke oestrus.  Walaupun biasanya  tidak cukup waktu sebelum induk menjadi birahi untuk ovulasi sel telur.  Seperti terlihat pada tabel 6.
Tabel 6. Effek pakan yang tinggi dan tingkat ovulasi babi.
Jumlah Percobaan          Jml hari flushing ke oestrus           Penambahan ovulasi
sel telur
6                                           0-1                                                      0.4
6                                           2-7                                                      0,9
8                                           10                                                       1,6
14                                         12-14                                                    2,2
2                                           21                                                       3,1

Penundaan kembali pengawinan babi dara setelah beranak pertama sampai 12-15 hari akan menghasilkan peningkatan jumlah litter size 1 – 1,5 pada beranak ke dua, disajikan pada tabel 7.
Tabel 7. Pengaruh Penundaan Kawin pada Beranak Kedua terhadap Jumlah Litter  Size Babi Induk
Peneliti                                  Kurang 12 – 15 hari                  Lebih dari 12-15 hari
Fahmy et.al (1979)                           9,3                                            10,4
Love (1979)                                         9,3                                            10,4
Walker et.al (1979)                    8,2                                            10,6
Brooks (1980)                                     9,3                                            10,5
King et. al. (1980)                             8,4                                            10,5
King et.al (1981)                               9,8                                            10,9
Dalam prakteknya peternak harus menghitung berapa penambahan biaya akibat penundaan perkawinan terhadap penambahan litter sizesize tersebut. Dalam pemberian pakan flushing yang baik antara penyapihan dan oestrus berguna untuk mempertahankan berat badan,  kondisi tubuh dan persiapan untuk laktasi.
  1. 2. Pakan Induk Setelah Kawin
Tujuan Utama kita dalam pemberian pakan babi bunting (sow/gilt) adalah meningkatkan daya hidup dari embrio/ foetus yang akhirnya meningkatkan litter size. Untuk itu perlu juga diperhatikan effek pakan tersebut terhadap kelahiran, setelah lahir dan masa laktasi dari anak babi yang dilahirkan.
Diketahui bahwa pakan yang baik /tinggi (high level) pada awal kebuntingan babi darah akan menurunkan jumlah embrio yang hidup, seperti ditunjukkan pada tabel 8. Hal ini,  dijelaskan oleh skema 1
Tabel 8. Jumlah pakan pada awal kebuntigan terhadap embrio yang hidup .
Pakan yang diberikanTinggi                            Rendah
Jumlah Ovulasi                                           15,4                              15,5
Embrio yang  tersedia                                 11,8                              12,7
Embrio yang hidup (%)                               77                                  82
Hughes 1993
Hormon progesteron ini sangat diperlukan embrio awal kebuntingan (14-12 hari) hormon ini merangsang sekresi protein rahim untuk embrio,  penurunan kadar horman ini mengakibatkan penurunan milk uterin yang dihasilkan.  Akan tetapi kasus jumlah embrio hidup pada induk (sow) tidak dipengaruhi oleh tingkat pakan, seperti terlihap pada tabel 9.
Tabel 9. Tingkat jumlah pakan pada awal kebuntingan dan litter size
dari induk (sow)
Sumber                                                   Tingkat pakan pada awal kebutingan
Tinggi                     Rendah
Kirkwood & Thacker (1980)                     15,8                       15,5
Hughes (1993)                                             11,4                       11,3
Pada awal minggu ketiga kebuntingan,  pemberian pakan lebih dari standar tidak berpengaruh terhadap jumlah litter size yang dihasilikan.  Pemberian pakan pada umur ini, harus cukup untuk mempertahankan rata-rata berat lahir dari anak babi saat lahir.  Hal ini berguna untuk menghindari kematian anak babi setelah disapih,  bila anak babi yang lahir terlalu bervariasi maka anak babi yang ringan akan mati akibat ketidak mampuan bersaing untuk memperoleh kolostrum.
Penambahan pakan induk (sow) selama kebuntingan akan meningkatkan berat babi lahir, juga meningkatkan variasi berat badan dari anak babi yang lahir.  Bila pemberian pakan lebih rendah dari nilai kondisi normal , maka foetus pada bagian tengah dari  tanduk uterus tidak dapat memperoleh makanan yang cukup dari sirkulasi darah dari induk (seperti pada tabel 10.).
Ketika memberikan pakan lebih pada babi bunting (gilt/sow) yang pada akhirnya  kelebihan ini akan digunakan oleh foetus yang terletak di berbagai ujung dari tanduk uterus mengalami  pertambahan berat badan yang lebih tinggi. Oleh sebab itu dianjurkan memberikan pakan yang lebih sedikit saat bunting dengan tujuan mengurangi kematian anak babi selama disapih.  Contohnya berat anak babi yang memiliki bobot 1,6 kg dapat mengakibatkan distokia saat lahir, hal ini yang pada akhirnya akan meningkatkan kematian babi saat lahir (still birth) dan kematian sebelum disapih (Prewening mortality).
Faktor yang sangat penting dalam membatasi pemberian pakan pada babi bunting (gilt/sow) adalah adanya peningkatan  jumlah pakan yang dikonsumsi (feed intake) pada ransum baik dan penurunan menuju laktasi, seperti pada tabel 11.
Tabel 11. Hubungan antara Feed Intake pada babi yang bunting dan laktasi.
Jumlah pakan yang diberikan
Rendah           Tinggi
Feed intake babi bunting (kg/hari)               1,9                  3,7
Laktasi feed intake (kg/hari)                         6,2                 4,9
Salmon – legagneur, 1962.
Yang disimpulkan bahwa babi akan makan bertambah selama bunting dan berkurang selama menyusui. Maka dengan itu sejak kita mengetahui kebutuhan nutrisi dari induk rendah kita mengurangi kandungan gizi dari bahan makanan tersebut, akan tetapi pada saat laktasi kita tingkatkan nilai gizi dari bahan makanan tersebut.  Hal ini kita lakukan untuk memenuhi kebutuhan ternak tersebut sampai dengan laktasi.  Cara yang praktis dengan memberikan pakan yang rendah selama kebuntingan (kurang 2,5 kg selama kebuntingan).
Pada tahun 80 an banyak ilmuan menganjurkan bahwa penambahan lemak 10-15 % pada 3 minggu akhir kebuntingan akan meningkatkan jumlah anak yang hidup saat penyapihan, ternyata perlakuan ini menyebabkan kematian anak meningkat 15-17 %   sebelum penyapihan, lihat tabel pada Tabel 12.
Tabel 12. Efek penambahan lemak pada pakan induk babi akhir kebuntingan.
Control                                                                    Penambahan lemak
Litter size                                                        9,7                                   9,7
Pre weaning mortality (%)                    17,3                                 14,5
Kematian anak < 1,1 kg (%)                 57,9                                 40,8
Henry, Pickard dan Huges 1983
3.Pakan Induk Babi Menyusui
Umumnya induk kurang nafsu makan saat laktasi, hal ini mengakibatkan sukar terpenuhi kebutuhan nutrisi dari induk untuk hidup pokok dan produksi susu yang tinggi.   Pada saat ini induk biasanya memobilisasi jaringan tubuhnya untuk memproduksi susu untuk anaknya.  Hal ini bisa kita lihat pada tabel 13.
Tabel 13. Efek tingkat pemberianpakan pada performan babi laktasi.
Pakan Induk Laktasi
Tinggi                     Rendah
Kehilangan berat badan induk (kg)                     5,1                          30,0
Kehilangan lemak punggung (mm)                   1,9                            4,2
Crrep Feed Intake (Kg)                                            2,5                            2,9
Berat litter yang disapi (kg)                                68,7                          62,3
Hughes, 1993.
Pada saat laktasi induk biasanya mengalami penurunan feed intake sampai  2,5 –3,5 kg/hari pada saat ini perhatian kita harus tertuju pada keselamatan dan pertumbuhan anak, dimana kebutuhan normalnya adalah 6-7 kg/ hari untuk memenuhi hidup pokok dan produksi susu .    Sedangkan pada induk yang baik feed intake ada yang tidak berubah, hal ini membuat kondisi tubuh induk tetap baik dan pertumbuhan anak tetap terjaga.  Pola penurunan pakan pada induk laktasi di bagi menjadi dua yaitu masa yang panjang pada induk dewasa(sow) dan masa yang pendek pada induk muda (gilt).
Biasanya induk muda (gilt)  mengalami kekurangan pakan pada fase laktasi akan mengalami kehilangan berat badan yang lebih besar pada induk yang sudah tua (sow). Kekurangan pakan pada induk yang dewasa (sow) pada masa laktasi mempunyai effek yang rendah terhadap kembali birahi setelah penyapihan, tetapi ada juga induk yang tidak estrus setelah disapih setelah mengalami kekurangan pakan tersebut, hal  ini bisa kita lihat pada tabel 15.
Tabel 15.   Effek Pakan laktasi terhadap Fertilitas Induk Dewasa (sow)
Tingkat Pakan Induk Laktasi
Tinggi               Rendah
Interval sapih- kawin                                         6,2                   7,1
Induk tidak estrus   (%)                                     8,0                 16,0
Tingkat konsepsi (%)                                     100,0                 94,0
Hughes, 1993
Secara normal terlihat bahwa ukuran litter size akan menurun akibat penurunan tingkat pakan pada saat laktasi, effek ini berakibat pada penambahan kematian embrio pada tiga minggu awal kebuntingan,  dapat dilihat pada tabel 16.
Tabel 16. Tingkat Pakan induk Laktasi Terhadap Litter Size pada Induk Dewasa.
Tingkat Pakan Induk Laktasi
Tinggi                Rendah
Embrio yang hidup (%)                                       78,0                    64,0
Liiter size (lahir hidup)                                        10,7                      9,8
Hughes, 1989
http://tyo-web.faa.im/pakan-ternak-babi.xhtml

1 komentar: